Medan, 27 Februari 2025 – Sambut Ramadhan Program Studi Sejarah Peradaban Islam (SPI) Fakultas Ilmu Sosial Universitas Sumatera Utara (FIS-UNSU) menggelar acara “Ngopi Bareng” di Aula FIS-UNSU dengan tema Membangun Ekosistem Kajian SPI di Era Digital menghadirkan narasumber utama Dr. Yusra Dewi Siregar, M.Ag., yang menyampaikan gagasan penting dalam pengembangan kajian SPI.
Sebagai Ketua Nasional Asosiasi Prodi SPI periode 2024, Dr. Yusra Dewi Siregar, M.Ag menekankan pentingnya konsistensi dalam setiap bidang pekerjaan. “Apapun pekerjaannya, jika ingin berhasil dan berdampak luas, harus dilakukan secara konsisten,” ujarnya.
Beliau juga mengungkapkan bahwa kajian sejarah Nusantara dalam bidang SPI lebih berkembang di luar negeri dibandingkan di dalam negeri. Oleh karena itu, diperlukan upaya serius untuk memperkuat kajian sejarah peradaban Islam di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara.
Lebih lanjut, Dr. Yusra menyoroti kekhasan Prodi SPI UINSU yang erat kaitannya dengan tradisi lokal Sumatera Utara. Ia menekankan bahwa sejarah di Sumatera Utara memiliki banyak aspek yang dapat digali, mulai dari sejarah kuliner, ekonomi, politik, hingga sosial. “Keunikan sejarah Sumatera Utara tidak hanya terletak pada warisan budaya dan tradisi lokal, tetapi juga pada karakteristik masyarakatnya yang plural,” tambahnya.
Dalam suasana menyambut Ramadhan, Dr. Yusra menyoroti sejarah kuliner khas Sumatera Utara, seperti Bubur Pedas Melayu Deli, Pakkat Angkola, Toge Mandailing, dan Mie Aceh. Menurutnya, kajian sejarah tidak selalu harus berfokus pada periode yang sangat lama atau selalu menggunakan kata “sejarah” atau “Islam” dalam pembahasannya, tetapi yang terpenting adalah adanya ruang dan waktu dalam kajian tersebut.
Sebagai Ketua Prodi SPI, Dr. Hotmatua Paralihan, M.Ag., menyampaikan apresiasi kepada narasumber yang telah menyempatkan waktu di tengah kesibukan. Ia juga menyatakan bahwa kegiatan ini akan menjadi agenda bulanan antara dosen dan mahasiswa, menjaga konsistensi dan keberlangsungan, jumlah terbatas 20-30 orang. “Membangun ekosistem kajian SPI berarti memperkuat seluruh aspek program studi, seperti penguatan regulasi, peningkatan kualitas dosen, penguatan soft skill dan hard skill mahasiswa, serta menjalin keterlibatan dengan para pemangku kepentingan dan alumni. SPI harus memiliki rasa memiliki (sense of belonging), sebab dalam sejarah, penjajah selalu berusaha memisahkan bangsa dari sejarahnya untuk melemahkan identitasnya,” tegasnya.
Acara “Ngopi Bareng” ini menjadi wadah diskusi yang konstruktif bagi mahasiswa dan akademisi untuk terus mengembangkan kajian SPI yang berbasis pada kearifan lokal dan relevansi global. Diskusi ini dihadiri oleh Sekretaris Prodi SPI, Abdi Mubarak Syam, M.Hum., Ketua Panitia Defri Ramadhani, M.A., serta lebih dari 20 mahasiswa SPI. Acara ini dipandu oleh Host Sri Windari, M.A., yang juga merupakan dosen Prodi SPI FIS UINSU.


